Ibrahim AS, adalah bapak para Nabi. Ibrahim 
berputra tiga orang, 2 diantaranya adalah nabi, yaitu nabi Ismail AS 
(Siti Hajar) dan nabi Ishaq AS (Siti Sarah). Nabi Ismail menurunkan Nabi
 Muhammad SAW beberapa generasi selanjutnya.
Nabi Ishaq mempunyai 2 orang anak, yaitu Isu dan Ya’qub AS. 
Nabi Ya’qub (Israil) – keturunannya disebut Bani
 Israil. Punya 12 anak yang membentuk 12 suku Bani Israil. Salah seorang
 diantaranya adalah Nabi Yusuf AS.
Suku Bani Israil ini menurunkan banyak nabi: 
Nabi Musa AS, Nabi Harun AS, Nabi Ilyas AS, Nabi Ilyasa AS, Nabi Daud 
AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Yunus AS, Nabi Zakaria AS, Nabi Yahya AS, 
Nabi Isa AS.
Nabi Yusuf hidup kira-kira pada tahun 1700 S.M atau 3700 tahun yang lalu.
Surat ini dimulai dengan cerita mimpi Nabi Yusuf 
semasa dia kanak-kanak. Mimpi itu diceritakannya kepada ayahnya Yaakub, 
yang juga menjadi seorang Nabi.
“Ayah, saya melihat sebelas bintang, dan matahari, dan bulan; saya melihat mereka sujud kepada saya” (12:4).
Setelah mendengar cerita Yusuf, ayahnya melarang 
mimpi itu daripada diceritakan kepada saudara-saudaranya (12 
bersaudara). Dia juga memberi tahu Yusuf bahawa Tuhan telah memilihnya 
dan mengajarnya interpretasi mimpi.
Abang-abangnya tidak suka padanya Karena mereka 
mengira Yusuf dan adiknya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah mereka 
daripada mereka. Lalu mereka bercadang untuk membunuh atau membuang 
Yusuf ke tempat lain, lalu mereka berjanji akan menjadi orang Shaleh 
(bertaubat). Akan tetapi,
“Seorang daripada mereka berkata, ‘Tidak, 
janganlah membunuh Yusuf, tetapi lemparlah dia ke dasar sumur, dan 
supaya dipungut oleh sebagian orang-orang yang lalu (pengembara), jika 
kamu mau melakukan’” (12:10).  
Setelah menetapkan rencana itu mereka pergi kepada 
ayah mereka (Nabi Ya’qub), meminta ijin dari ayah mereka, supaya Yusuf 
dapat pergi bersama mereka untuk bersenang-senang dan bermain pada 
keesokan hari.
Pada mulanya ayah mereka keberatan untuk membolehkan Yusuf pergi bersama mereka, dengan berkata “Sesunggungnya
 kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir 
kalau-kalau ia dimakan serigala, sedang kamu lalai daripadanya ” 
(12:13).
Maka ketika mereka membawa Yusuf pergi dan kemudian
 memasukkannya ke dalam sumur, lalu Allah menurunkan wahyu pada kepada 
nabi Yusuf “Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tiada ingat lagi” (12:15). 
Mereka balik kepada ayah mereka pada waktu petang hari, seraya menangis dan berkata, “Ayah,
 kami pergi berlomba lari, dan kami meninggalkan Yusuf dengan 
barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala. Tetapi ayah tentu tidak 
akan mempercayai kami, sekalipun kami berkata benar.” 
Dan, mereka menunjukkan baju Yusuf dengan lumuran darah palsu padanya. Ayahnya berkata, “Bahkan
 sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk)
 ini, maka kesabaran itulah yang baik. Dan Allah jualah yang dimohon 
pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.”
Tidak lama kemudian, orang-orang datang ke sumur di
 mana Yusuf berada di dasarnya. Mereka mengutus seseorang untuk 
mengambil air dari sumur, lalu dia menurunkan timbanya. Tiba-tiba dia 
berkata, “Oh, kabar gembira! Ini seorang anak muda.” 
Mereka merahasiakan penemuan Yusuf dari kafilah 
lainnya dan mengambil Yusuf sebagai barang dagangan; dan Allah Maha 
Mengetahui apa yang mereka perbuat. Kemudian mereka menjual Yusuf dengan
 harga yang murah, hanya beberapa dirham saja, karena mereka tidak 
tertarik padanya.
Orang yang membelinya, berasal dari Mesir, berkata 
kepada istrinya, “Hormatilah kedudukannya, boleh jadi dia akan 
bermanfaat kepada kita, atau kita pungut dia sebagai anak sendiri.” 
Dengan itu, Tuhan meneguhkan Yusuf di bumi (Yusuf 
kelak menjadi pemimpin di Mesir) dan agar Allah dapat mengajarnya 
interpretasi mimpi.
Maka tinggallah Nabi Yusuf bersama orang Mesir yang
 membelinya sehingga dewasa. Dia menjadi seorang lelaki yang amat 
tampan. Ketampanan beliau membuat Zalikha, istri pembesar yang 
membelinya, menjadi tergoda.
Perempuan itu menutup pintu-pintu di rumah mereka 
seraya berkata, “Marilah engkau kesini!” Yusuf menjawab, “Aku berlindung
 pada Allah, sesungguhnya tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”
Kalau tidak karena pertolongan Allah, Nabi Yusuf 
akan tergoda pada perempuan itu. Dan keduanya lari ke pintu, lalu 
perempuan tersebut mengkayakkan baju Yusuf dari belakang. 
Mereka mendapati suami perempuan itu di depan 
pintu. Perempuan itu berkata, “Apakah balasan bagi orang yang 
menghendaki berbuat serong dengan istrimu selain dipejarakan atau 
dihukum dengan sisaan yang pedih?”
Yusuf berkata, “Dia yang menggoda saya”. Lalu 
seorang saksi dari keluarga perempuan itu memberi suatu kesaksian, “Jika
 bajunya koyak di bagian depan, maka perempuan itu telah berkata benar, 
dan Yusuf berdusta termasuk orang yang berdusta. Tetapi jika bajunya 
koyak di bagian belakang, maka perempuan itulah yang berdusta, dan  
Yusuf orang yang benar.” 
Maka tatkala suaminya melihat baju Yusuf koyak di 
belakang, dia berkata, “Sesungguhnya perbuatan ini adalah sebagian dari 
tipu daya kamu. Yusuf, berpalinglah dari hal ini, dan engkau hai 
istriku, mohon ampunlah atas dosamu itu karena sesungguhnya engkau 
termasuk orang-orang yang bersalah.”
Kejadian itu sampai ke telinga wanita-wanita lain 
di kota itu. Mereka berkata, “Istri pembesar itu menggoda hambanya yang 
menundukkan hatinya dengan cinta!”
Maka tatkala perempuan itu mendengar ejekan mereka 
dan diundanglah perempuan-perempuan itu untuk datang ke rumahnya. Ia 
memberikan tiap-tiap orang yang datang sebilah pisau. Kemudian, dia 
menyuruh Yusuf datang ke ruangan tempat mereka berkumpul. Ketika mereka 
melihatnya, mereka sangat kagum kepadanya, hingga pisau yang mereka 
genggam melukai jari-jari mereka. “Maha Sempurna Allah, ini bukan 
manusia, ini tidak lain hanya malaikat yang mulia.”
Lalu isteri pembesar itu berkata, “Inilah dia orang
 yang kamu cela aku karenanya. Benar, aku telah menggoda dia, tetapi dia
 menolak. Dan, jika dia tidak mematuhi apa yang aku perintahkan, niscaya
 dia akan dipenjarakan.”
Yusuf berkata, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku 
sukai daripada apa yang mereka serukan padaku. Dan jika Engkau tidak 
menghindarkan tipu daya mereka daripadaku, niscaya hatiku cenderung 
kepadanya, dan tentulah aku tergolong orang-orang yang bodoh.
Maka Tuhan memperkenankan doanya, dan Dia 
menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
 Mendengar lagi Maha Mengetahui. 
Untuk menutupi aib keluarga pembesar tersebut, maka
 Yusuf dimasukkan ke dalam penjara. Masuklah bersamanya dua orang 
pemuda. Salah seorang daripada mereka berkata, “Sesungguhnya aku 
bermimpi memeras anggur.” Dan yang lainnya berkata, “Aku bermimpi bahwa 
aku membawa roti di atas kepalaku dan sebagian diantaranya dimakan 
burung. Terangkan pada kami artinya. Sesungguhnya kami memandangmu 
sebagai orang yang berbuat kebajikan.”
Lalu Yusuf menerangkan arti mimpi mereka, “Wahai 
kedua temanku dalam penjara, salah seorang dari kamu akan memberi 
minuman arak untuk tuannya (dia akan kembali ke pekerjaannya semula 
sebagai pelayan sekeluarnya dari Penjara), dan yang satu lagi, dia akan 
disalib, lalu burung memakan sebagian kepalanya.”
Kemudian dia berkata kepada orang yang diketahuinya
 akan selamat di antara mereka berdua, “Ingatkanlah keadaanku kepada 
tuanmu.” Akan tetapi, setan menjadikan dia lupa untuk mengingatkan 
keadaan Yusuf kepada tuannya. Maka tinggallah Yusuf dalam penjara selama
 beberapa tahun.
Suatu hari, raja berkata, “Aku bermimpi tujuh ekor 
sapi betina yang gemuk, dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; 
dan tujuh tangkai yang hijau, dan tujuh tangkai lain yang kering. Wahai 
para pembesar, terangkanlah padaku tentang arti mimpiku.”
Tiada seorang pun antara mereka yang tahu. Kemudian
 pemuda yang telah diselamatkan dahulu (teman Yusuf di penjara) berkata,
 setelah teringat pada Yusuf, “Aku sendiri akan memberitahu padamu 
artinya, maka utuslah aku (pada Yusuf).”
Setelah bertemu Yusuf, ia bertanya,”Wahai Yusuf 
orang yang benar, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi 
betina yang gemuk, yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus, 
dan tujuh tangkai yang hijau, dan tujuh tangkai lain yang kering, supaya
 aku kembali kepada mereka (raja dan para pembesar mesir tadi) agar 
mereka mengetahuinya.”
Yusuf berkata, “Kamu bercocok tanam tujuh tahun 
sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan pada 
tangkainya, kecuali sedikit daripadanya untuk kamu makan. Kemudian 
setelah itu, akan datang tujuh tahun yang amat sulit menghabiskan apa 
yang kamu sediakan itu kecuali sedikit yang kamu simpan. Kemudian 
sesudah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan, dan 
dimasa itu mereka memeras buah-buahan.”
Setelah mendengar interpretasi mimpi itu, Raja 
berkata, “Bawalah dia kepadaku.” Maka tatkala utusan itu datang kepada 
Yusuf, berkatalah Yusuf, “Kembalilah kepada tuanmu, dan tanyakanlah 
kepadanya bagaimana halnya perempuan-perempuan yang telah melukai 
tangannya (Yusuf). Sesungguhnya Tuhanku Maha Mengetahui tipu daya 
mereka” 
Raja mengabulkan permintaan Yusuf, serta memanggil 
perempuan-perempuan itu dan bertanya, “Apakah urusan kamu, 
perempuan-perempuan, sehingga kamu menggoda Yusuf?” Mereka menjawab, 
“Maha Sempurna Allah! Kami tidak mengetahui keburukan padanya.” Isteri 
pembesar itu berkata, “Sekarang sudah nyatalah kebenaran. Sayalah yang 
menggodanya.”
Raja berkata, “Bawalah Yusuf kepadaku. Aku akan 
memilihnya sebagai pembantu dekatku.” Setelah Yusuf berada didekatnya, 
dia berkata kepada Yusuf, “Pada hari ini, engkau di sisi kami mempunyai 
kedudukan lagi dipercaya.”
Yusuf berkata, “Jadikanlah aku bendahara negeri ini (Mesir). Sesungguhnya aku sanggup memelihara lagi cukup mengetahui.”
Maka Yusuf ditetapkan Allah untuk memperoleh 
kedudukan terhormat di negeri Mesir, walaupun ia dapat tinggal di mana 
saya yang ia kehendaki.
Suatu hari, datanglah saudara-saudara Yusuf, lalu 
masuk menemuinya. Yusuf mengenali mereka, tetapi mereka tidak. Mereka 
datang untuk meminta pertolongan makanan.
Setelah Yusuf menyiapkan perbekalan untuk mereka, 
dia berkata, “Bawalah kepadaku saudaramu yang sebapak (yaitu Bunyamin). 
Tidakkah kamu melihat aku menepati sukatan (timbangan/ukuran), sedang 
aku sebaik-baik penerima tamu? Tetapi jika kamu tidak membawanya 
kepadaku, maka kamu tidak akan mendapatkan sukatan (lagi) dari padaku, 
dan jangan kamu mendekatiku.”
Mereka menjawab, “Kami akan membujuk ayah kami; dan sungguh kami akan melakukannya.”
Lalu Yusuf menyuruh budak-budak suruhannya untuk 
mengembalikan uang yang dibawa untuk mengganti perbekalan makanan dari 
Yusuf ke dalam pundi-pundi mereka, supaya mereka dapat mengenalinya 
apabila mereka balik kepada keluarga mereka.
Maka tatkala mereka kembali kepada ayah mereka, 
mereka berkata, “Ayah, sukatan itu dilarang bagi kami, sebab itu 
kirimlah saudara kami (Bunyamin) bersama kami supaya kami mendapat 
sukatan itu. Sesungguhnya kami akan menjaganya.”
Ayah mereka (Ya’qub) berkata, “Adakah aku akan 
mempercayai kamu kepadanya seperti aku mempercayai kamu kepada 
saudaranya dahulu?”
Dan, ketika mereka membuka barang-barang mereka, 
mereka dapati uang mereka dikembalikan lagi kepada mereka. Mereka 
berkata, “Ayah, apakah yang kita inginkan lagi? Uang kita sudah 
dikembalikan kepada kita, dan kami mendapat bekalan makanan untuk 
keluarga kami, dan kami akan menjaga saudara kita; kami akan mendapat 
tambahan beban seekor unta. Itulah sukatan (perhitungan) yang mudah.”
“Aku tidak akan mengutusnya bersama kamu sehingga 
kamu memberi aku satu janji yang teguh dengan Allah, bahwa kamu pasti 
akan mendatangkannya kembali kepadaku, kecuali kamu dikepung.” Maka 
tatkala mereka telah memberikan janji mereka, dia berkata, “Allah 
menjadi saksi atas apa yang kami ucapkan.”
Maka apabila mereka menemui Yusuf sekali lagi, 
Yusuf membawa saudaranya ketempatnya, seraya berkata, “Sesungguhnya aku 
adalah saudaramu; maka janganlah engkau bersedih terhadap apa yang telah
 mereka perbuat.”
Maka tatkala Yusuf menyiapkan perbekalan mereka, dia meletakkan gelas minumannya ke dalam karung milik saudaranya. 
Ketika mereka hendak pergi untuk kembali kepada keluarga mereka, datang orang yang menyerukan, “Hai kafilah, kamu pencuri!”
Mereka bertanya sambil mendekati orang yang menyeru, “Barang apakah yang hilang dari kamu?” 
“Kami kehilangan gelas berkaki kepunyaan raja. Dan 
barang siapa dapat mendatangkannya akan memperoleh bahan makanan seberat
 beban seekor unta; itu aku jamin.”
Mereka berkata, “Demi Allah, kamu mengetahui bahwa 
kami tidak datang untuk membuat kerusakan di muka bumi (Mesir ini). Kami
 bukanlah pencuri.”
“Apakah balasannya jika kamu adalah pendusta?”
“Balasannya adalah – bahwa barangsiapa didapati 
barang yang hilang dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya. 
Begitulah kami memberi hukuman terhadap orang-orang yang zalim.”
Maka Yusuf mulai memeriksa karung-karung mereka 
sebelum memeriksa karung saudaranya, kemudian dia mengeluarkan gelas itu
 dari karung saudaranya.
Demikianlah Allah membuat muslihat untuk Yusuf. 
Menurut peraturan raja, saudara Yusuf haruslah dijadikan hamba sahaya, 
tapi Yusuf tidak menghukum saudaranya karena dia tahu saudaranya tidak 
bersalah.
Mereka berkata, “Jika dia seorang pencuri, seorang 
saudaranya (yaitu Yusuf) adalah seorang pencuri juga.” Tetapi Yusuf 
merahasiakannya di dalam dirinya, dan tidak menampakkannya kepada 
mereka, dengan berkata, “Kamulah yang lebih buruk kedudukannya; Allah 
Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan itu.”
Mereka berkata, “Wahai al-aziz (yang perkasa), 
sesungguhnya dia mempunyai ayah yang sangat tua; maka ambillah salah 
seorang antara kami untuk mengganti tempatnya; kami melihat bahwa engkau
 adalah termasuk orang-orang yang berbuat baik.” 
Yusuf berkata, “Kami berlindung kepada Allah 
daripada menahan seseorang, kecuali orang yang kami temukan harta benda 
kami padanya, sesungguhnya jika kami berbuat demikian, maka kami 
termasuk orang-orang  yang zalim (12: 79).
Maka kembalilah mereka kepada ayah mereka dan 
menceritakan tentang saudaranya yang mencuri dan ditahan di Mesir. 
Kedukaan ayahnya (Ya’qub bertambah), lalu dia berpaling dari mereka, dan
 berkata, “Aduhai, dukacitaku untuk Yusuf!” dan kedua-dua matanya 
menjadi putih karena kedukaannya, tetapi dia menahan perasaannya.
Kemudian dia berkata, “Wahai anak-anakku, pergilah 
dan carilah berita mengenai Yusuf dan saudaranya. Janganlah berputus asa
 dari kesenangan Allah; sesungguhnya tiada yang berputus asa melainkan 
kaum yang tidak percaya (kafir).”
Lalu mereka pergi kepada Yusuf dan berkata, “Wahai 
al-aziz, penderitaan telah menyentuh kami dan keluarga kami. Kami datang
 dengan membawa barang-barang yang tidak berharga. Tepatilah kepada kami
 sukatan untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami; sesungguhnya Allah 
membalas orang-orang yang bersedekah.”
Yusuf bertanya, “Apakah kamu mengetahui apa yang 
kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya, yang ketika itu kamu belum 
mengetahuinya?”
Mereka menjawab, “Mengapa, apakah kamu benar-benar Yusuf?” 
Dia berkata, “Aku Yusuf. Ini saudaraku. Sungguh, 
Allah telah berbudi baik kepada kami. Sesiapa bertakwa dan bersabar, 
maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang 
yang berbuat baik.”
Mereka berkata, “Demi Allah, sesungguhnya Allah lebih menyukai kamu daripada kami, dan sesungguhnya kami bersalah.”
Yusuf berkata, “Tidak ada cercaan pada hari ini 
kepada kamu; Allah mengampuni kamu; Dia adalah yang Maha Penyayang 
diantara yang paling para penyayang. Pergilah, ambil baju ini, dan kamu 
letakkanlah ke wajah ayahku, dan dia akan memperoleh kembali 
penglihatannya; kemudian bawalah kepadaku keluarga kamu semuanya.” 
Maka, apabila kafilah telah berangkat, ayah mereka 
berkata, “Sesungguhnya aku mendapati bau Yusuf, sekiranya kamu tidak 
menuduh aku lemah akal.”
Mereka berkata, “Demi Allah, sungguh engkau adalah dalam kekeliruan engkau yang dahulu.”
Tetapi apabila pembawa berita gembira datang 
kepadanya dan meletakkan baju Yusuf ke mukanya, tiba-tiba dia kembali 
dapat melihat. Dia berkata, “Tidakkah aku mengatakan kepada kamu bahwa 
aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak tahu?”
Mereka berkata, “Ayah kami, mohonkanlah ampun untuk kami atas kesalahan-kesalahan kami; sesungguhnya kami bersalah.”
“Sungguh, aku akan meminta memohonkan ampun bagi 
kamu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagu Maha 
Penyayang.”
Kemudian mereka berangkat ke Mesir untuk menemui Yusuf.
Maka, ketika mereka datang menemui Yusuf, dia 
membawa ibu dan ayahnya kepadanya, dan berkata, “Masuklah kamu ke Mesir,
 Insya Allah dalam keadaan aman.”
Dan dia menaikkan ibu dan ayahnya ke atas 
singgasana; dan mereka yang lainnya jatuh bersujud kepadanya. Berkata, 
‘Ayah, inilah arti mimpi saya yang dahulu; Sesungguhnya Tuhanku telah 
menjadikannya kebenaran yang nyata. Dia telah berbuat baik kepadaku 
ketika Dia mengeluarkanku dari penjara, dan Dia mendatangkan kamu dari 
dusun setelah setan memecah-belah antara aku dan saudaraku. Sesungguhnya
 Tuhanku Maha Halus (aturan-Nya) terhadap apa  yang Dia kehendaki; 
Sesungguhnya Dialah Yang Mengetahui lagi Yang Maha Bijaksana.
0 Response to "KISAH NABI YUSUF A.S"
Post a Comment